FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2014
Nama : Dwi Putra
NPM: 13514312
Kelas : 2PA06
KESEHATAN MENTAL 3
*Teori Kepribadian Sehat
C.
Aliran Humanistik
Aliran
Humanistik merupakan kontribusi besar dari psikolog - psikolog terkenal seperti
Carl Rogers, Goldon Allport dan Abraham Maslow. Humanistik muncul sebagai
gerakan besar psikologi pada tahun 1950 – 1960-an. Humanistik menegaskan adanya
keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Manusia mempunyai potensi di dalam dirinya untuk berkembang sehat dan kreatif.
Kreativitas adalah potensi semua orang yang tidak memerlukan bakat dan
kemampuan khusus.
Aliran
ini mengkritisi aliran Behaviorisme yang menekankan pada stimulasi tingkah laku
yang teramati. Menurut aliran Humanistik, pandangan Behaviorisme terlalu
menyederhankan dan melalaikan manusia dari pengalaman batinnya, tingkah lakunya
yang kompleks, nilai-nilai cinta kasih atau kepercayaan, juga potensi dan
aktualisasi diri. Humanistik sangat mementingkan self (diri) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman -
pengalaman subjektif individual.
Aliran
Humanistik juga tidak menyetujui pandangan Psikoanalisis yang cenderung
pesimistik dan pandangan Behaviorisme yang cenderung memandang manusia sebagai
netral (tidak baik dan tidak jahat). Menurut aliran Humanistik, Psikoanalisis
dan Behaviorisme telah salah dalam memandang tingkah laku manusia, yaitu
sebagai tingkah laku yang ditentukan oleh kekuatan - kekuatan diluar
kekuasaanya (entah sadar entah tidak). Humanistik memandang manusia pada
hakikatnya adalah baik. Perbuatan - perbuatan manusia yang kejam dan
mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang
disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik
tersebut. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif,
tetapi sebagi peserta aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan
nasibnya sendiri dan nasib orang lain. Aliran Humanistik memfokuskan diri pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan
hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab
terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk
mengubah sikap dan perilaku mereka.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan hanya mengandalakan
pengalaman - pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang
segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya
keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri.
Bagi
ahli - ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi.
Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri - ciri
lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui
kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran
ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh
harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas,
memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut
kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan
manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat
biologisnya guna meraih potensimaksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilakunya.
Ada Empat Ciri Psikologi Yang Berorientasi Humanistik, Yaitu:
1. Memusatkan
perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai
fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Member
tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan
reduksionistis.
3. Menyadarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah - masalah yang akan dipelajari dan
prosedur - prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan
perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl
Rogers, yang terkenal dengan client -
centered therapy.
D. Pendapat Allport
Allport
ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang
terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata
itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya
tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan
dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam
kata “appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu
yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self)
terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi
seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi
sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi
perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan
dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri”
jasmaniah. Kita
tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat
membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15
bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri
jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan
antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas
diri. Pada
tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak
mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang
terpisah. Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin
adalah bayangan yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa
perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi
pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga
diri. Tingkat
ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal
ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar
mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini
merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua
menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang
timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
Perluasan
diri (self extension).
Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia
4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam
lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut.
Anak berbicara tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang
untuk memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran
diri. Gambaran
diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana
anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang
dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman
anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah
laku tertentu dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari
harapan-harapan orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan
tanggung jawab moral serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan
intensi-intensi.
Diri
sebagai pelaku rasional.
Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah
serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan
intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan
menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan
proprium (propriate striving).
Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat
terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul.
Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat
menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang
sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup.
Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa
depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Perkembangan
dari daya dorong kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan
orang itu mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran yang menentukan”
ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat.
Tujuh
tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa
adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat
melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi
harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan demikian
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan
kepribadian yang sehat.
7 Kriteria Kematangan
Tujuh
criteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang
sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1). Perluasan Perasaan Diri
Ketika
diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas
meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut
Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti
sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda
percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa
enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu.
Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan
kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin
seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide,
maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam
aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.
2). Hubungan Diri yang Hangat
dengan Orang-orang Lain
Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain:
kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang
yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap
orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk
keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat
lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang
berkembang dengan baik.
Ada perbedaan
antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari
kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima
cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila
mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat
adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.
Perasaan
terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi
dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat
memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan,
ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan
manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang
sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai
hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap
tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang
sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan
tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3). Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian
yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian
yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak
mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke
dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang
neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali
memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
Kualitas
lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap
kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran,
tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang
berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4). Persepsi Realistis
Orang-orang
yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang
neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka
sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang
lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka
pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
5). Keterampilan-keterampilan dan
Tugas-tugas
Keberhasilan
dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan
bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan
keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan
menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport
mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki
keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan
orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka
pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli
badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan
adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan
dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak
mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa
melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan
keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman Diri
Kepribadian
yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada
orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang
lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang
yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang
tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas
pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa
orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada
orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
7). Filsafah Hidup yang
Mempersatukan
Bagi
Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi
dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan
tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup
yang mempersatukan.
Memiliki
nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang
neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki
nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup
kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara
hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara
hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang
patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang
dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang
matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri
dan orang lain.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar