Rabu, 14 Januari 2015

Ilmu Budaya Dasar - Kolaborasi IPTEK dengan Budaya Membatik



Nama: Dwi putra
Kelas: 1PA06
NPM: 13514312
Bab I
Pendahuluan

Kolaborasi IPTEK dengan Budaya Membatik


Latar belakang
Kebudayaan  memiliki peran dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu unsure kebudayaan adalah pengetahuan itu sendiri, dari unsur itu lah ilmu pengetahuan berkembang sehingga mencapai tahapan yang sangat tinggi sebagaimana yang kita ketahui sekarang.

Dunia saat ini berada di era globalisasi, hal ini ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi dan informasi. Berkat kecanggihan teknologi, informasi yang terjadi di belahan bumi barat dapat dengan mudah kita ketahui melalui internet misalnya, atau dari televisi, radio, dan media massa lainnya.

 Kemajuan teknologi yang begitu pesatnya membawa kekhawatiran bagi sebagian orang yang selalu berpegang kuat kepada nilai-nilai budaya.

keberadaan teknologi secara tidak langsung akan menggeser nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada suatu daerah. Karena itulah muncul berbagai upaya untuk mencegah dampak negatif dari teknologi tersebut yang salah satunya dengan pengintegrasian antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

sebagai contoh adalah Batik merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa lampau, yang telah menjadikan Negara Indonesia memiliki cirri yang khas di mancanegara. Perkembangan batik yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untuk itu sebagai warga Negara Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini agar tidak punah dengan bergantinnya zaman. Dengan kecanggihan IPTEK kita dapat membuat batik tidak ketinggalan zaman,tanpa harus mengghilangkan unsure budaya itu sendiri.





Rumusan Masalah:
1.      Apa yang dimaksud kebudayaan Batik,dan IPTEK?
2.      Bagaiman pengaruh IPTEK terhadap Budaya?
3.      Apakah manfaat percampuran IPTEK terhadap budaya Batik?

     Tujuan Makalah
     1.     Untuk mendeskripsikan tentang kebudayaan Batik dan IPTEK
           2.     Untuk mengetahui pengaruh IPTEK terhadap budaya
           3.     Untuk Melihat manfaat yang ditimbulkan dari Percampuran IPTEK dan budaya Batik



Bab II
                                    Pembahasan


A.Batik
Menurut bahasa Jawa, kata batik diambil dari kata “ambatik” yaitu kata “amba” yang berarti menuis dan akhiran “tik” yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat titik. Jadi, batik mempunyai arti menulis atau melukis titik. Tetapi secara esensial, batik diartikan sebagai sebuah proses atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses menahan warna dengan memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain.
  

B.   Sejarah Batik
Seperti yang telah ditulis sebelumnyaa ,batik telah ada sejak abad 17 ,tepatnya pada zaman kerajaan majapahit. Namun pada saat itu batik masih digambar pada sebuah daun lontar dan motifnya masih didominasi dengan motif binatang dan tanaman. Lambat laun dari motif  binatang dan tanaman beralih menjadi motif abstrak seperti misalnya motif bentuk awan,relief pada candi ,dan wayang beber. Perubahan motif tersebut juga dipengaruhi oleh budaya islam hingga selanjutnya batik digabungkan dengan corak lukisan dan juga hiasan pada pakaian hingga dikenal senagai batik tulis seperti saat ini.

Perkembangan selanjutnya ,kerajinan batik ini menyebar hingga ke seluruh pulau jawa, hingga masing-masing  daerah memiliki corak dan motif yang khas sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah. Menurut catatan sejarah, setelah zaman Majapahit kerajinan batik mulai dikembangkan lagi yakni pada masa kejayaan kerajaan Mataram kemudian dilanjutkan pada masa kerajaan  solo dan Yogyakarta .
Pada zaman kerajaan-kerajaan ditanah jawa khususnya ketika batik diaplikasikan pada media kain hanya digunakan kalangan raja dan keluarga bangsawan. Oleh  karena itu kain batik diproduksi didalam keraton sehingga masyarakat awam tidak diperkenakan memakainya kecuali para pengikut bangsawan dan raja. Oleh karena para pengikut raja dan bangsawan tinggal diluar tembok keraton, maka kerajinan batik ini mulai dapat diperkenalkan pada masyarakat awam oleh mereka.

Pada zaman kerajaan tersebut , untuk pewarnaan kain batik masih menggunakan pewarna alami seperti dari tumbuh-tumbuhan  seperti : pohon  mengkudu,tinggi,soga,dan nila. Sementara bahan soda dibuat dari abu serta campuran garam dan lumpur. Pada tahun 1800-an Batik mulai menyebar didaerah barat jawa,salah  satunya adalah daerah perkalongan yang kita kenal sebagai kota Batik seperti saat ini. Karena dipekalongan ini terjadi perjumpaan beberapa bangsa seperti budaya Cina,Belanda,Arab,India,Melayu,dan terakhir Jepang, maka motif Batik pun juga dipengaruhi dengan unsure-unsur dari budaya itu.
Sedangkan Batik modern tidak  tidak menuntut adanya motif tertentu , dan Kain yang yang digunakan untuk jenis batik klasik biasanya adalah katun 100% atau sutera,sedangkan untuk batik modern lebih variatif ,yakni kain poplin,bahan piyama,dan bahan wool.
Batik bisa disebut sebagai sebuah kebudayaan. Dan, kebudayaan batik ini sudah lama ada dan merupakan produk seni rupa paling tua di Indonesia.Semua bentuk kebudayaan memiliki sifat unsur yang universal. Kesamaan itu mencakup: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan. Batik pun juga mempunyai sifat-sifat universal itu. Batik menampilkan keindahan dan menyimpan kedalaman spiritual yang terpancar dalam motif-motifnya yang sakral. Maka dari itu, jenis kain yang digunakan juga ikut mengalami perkembangan. Bahkan, bagi para pembuatnya, batik juga mempunyai makna tersendiri. “Canting (carat tembaga untuk membatik) bagi buruh-buruh batik menjadi nyawa. Setiap saat terbaik dalam hidupnya, canting ditiup dengan nafas dan perasaan.
Batik menjadi gambaran hidup masyarakat Jawa secara keseluruhan. Itulah yang membuat batik menjadi karya seni sangat istimewa. Baik dalam proses pembuatan, filosofi yang terkandung, hingga etika dan tata cara pemakaiannya. Proses pembuatan kain batik dilakukan dengan melibatkan seluruh indera perasa, dan melalui serangkaian ritual tertentu. Salah satunya adalah dengan puasa tidak makan, minum, tidur dan menghindari hal-hal duniawi, bersemedi dan pembacaan doa-doa, serta selametan. Ini dilakukan untuk menciptakan motif baru batik. Maka dari itu, Batik memiliki banyak nilai rohani dan diyakini mengandung nilai filosofi yang tinggi terungkap dari motifnya.
Penciptaan motif batik biasanya mengandung falsafah hidup tersendiri bagi pemakainya. Contohnya ;
1.      Motif Parang Rusak Barong – diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri;
2.      Motif Sawat bermakna ketabahan hati;
3.      Motif Cemungkiran (lidah api/sinar) melambangkan keberanian, kesaktian, ambisi, kehebatan, dan keagungan. Selain itu, ada beberapa motif batik yang sebaiknya dikenakan pada peristiwa peristiwa penting yang dialami masyarakat Jawa. Peristiwa-peristiwa penting itu adalah peristiwa kelahiran, pernikahan, dan kesripahan (kematian).Saat mengenakan bati pun, ada beberapa aturan yang harus dipatuhi. Contohnya: Bagi kaum perempuan, mata kaki harus tertutup dan bagian atas sebaiknya dibuat agak longgar sehingga tidak memperlihatkan lekuk tubuh pemakainya. Jadi, dalam batik dan dalam proses pembuatannya banyak mengandung makna filosofis, segi religius, serta aturan-aturan yang harus dipatuhi



1. Proses Pembuatan Batik Klasik

Pertama-tama seorang pembatik menggambar motif pada selembar kain katun. Namun bila pembuatan Batik belum terbiasa membuat desain motif,maka biasanya ia membuat gambar motif pada selembar kertas kemudian baru dipindahkan atau menggambar ulang dengan pensil atau konte di atas kain katun. Kemudian cairkan malam atau lilin batik pada wajan kecil yang telah dipanaskan.
Canting2.jpg
Canting  untuk mengambil malam yang telah dipanaskan

Ambil canting yang bentuknya seperti poci the kuningan kecil sebesar kelapa pipa tembakau dan bertangkai kayu .  kemudia dengan canting itu,ambil cairan malam panas lalu lelehkan untuk menutup desain motif pada kain. Agar desain tampil lebih sempurna ,maka proses penutupan dengan malam dilakukan secara bolak-balik sehingga motif depan dan belakang sama.

3-malam.jpg
Sebongkah malam atau lilin batik

Pewarnaan
Proses berikutnya kain dicelupkan dalam bahan pewarna. Pewarnaan atau istilah lain adalah pencelupan ini dilakukan berulang-ulang hingga hasil warnanya merata . Agar proses pewarnaannya merata,maka dilakukan pencepulan setidak-tidaknya 30kali.
Kekhasan model batik klasik adalah dominasi dengan warna coklat, untuk menimbulkan efek warna coklat biasanya menggunakan kulit pohon soga. Namun Karena era modernisasi, kini warna coklat yang digunakan adalah pewarna pakaian. Pewarna ini berlangsung memakan waktu cukup lama, yakni 15 hari dengan tiga jenis pewarna. Misalnya pertama menggunakan warna biru, lalu pembatik membuat motif dengan malam, kemudian kain diwarnai dengan warna coklat , selanjutnya  pembuat batik membuat motif lagi dengan malam dan terakhir dengan warna hitam. Dengan demikian warna yang dihasilkan akan terjadi 4 warna yakni putih pewarnaan pertama,biru,coklat,dan hitam.

Peluruhan Malam
Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya seluruh malam dapat diluruhkan, hal ini dilakukan dengan merebus kain hingga malam cair. Selanjutnya adalah pencucian kain hingga malam benar-benar hilang . proses pembuatan motif batik dengan menggambarnya dengan canting disebut dengan nama batik tulis. Cara lain adalah dengan mengecap motif yang sudah diaplikasikan pada lempengan logam lalu dicelupkan pada malam panas untuk dicap pada kain, disebut sebagai batik cap.



2.   Batik Modern (Perkembangan dari Batik Klasik)

Proses Pembuatan Batik modern
Batik modern jika dicermati secara per langkah, sama seperti pada proses pembuatan batik klasik. Hal ini dikarenakan batik modern adalah perkembangan dari batik klasik,  yang berbeda adalah corak dan warnanya lebih beragam.

Persiapan
Pertama-tama kain terlebih dahulu dicuci agar proses terbebas dari bahan-bahan yang masih dikandung cara untuk menghindari efek kimiawi dari bahan kain. Selanjutnya dijemur hingga kering.
Pendesainan dilakukan langsung diatas kain dengan menggunakan pensil atau konte, tentu saja pola-pola desain yang sudah disiapkan. Lalu melakukan penutupan desain dengan canting atau kuas sesuai dengan desain yang dibuat.

Memanaskanmalam dengan penggorengan kecil dan kompor

Pewarnaan
Proses pewarnaan sebenarnya bermacam-macam disesuaikan dari bahan pewarna. Lebih baik jika pewarnaan tahap pertama menggunakan warna yang lebih muda dahulu, hal ini disebabkan pada proses batik pewarnaan nantinya dilakukan secara berulang-ulang tergantung dari banyak-nya warna yang diinginkan.
Setelah proses pewarnaan, maka dilakukan proses peluruhan malam batik dengan cara memasukan kain tersebut kedalam air panas. Setelah seluruh malam batik luruh dari kain, selanjutnya kain dicuci hingga bersih.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh dari teknik batik dan pewarnaan batik modern.

Contoh teknik pengerjaan pewarnaan batik dengan teknik batik pikaso :
1.      Kain dibatik dengan malam dan diselesaikan menurut proses pembatikan.
2.      Kain dibentang mendatar.
3.      Dioles rata dengan larutan Natrium-silikat.
4.      Dilukis dengan larutan zat warna reaktif (Remazol , Drimarene) dengan menggunakan kuas.
5.      Dibiarkan satu malam agar terjadi ikatan antara zat dan kain.
6.      Kain diluruhkan dan dicuci.

Contoh batik dengan bahan dasar lurik jogja dengan motif gaya toraja :
1.      Bagian putih dibatik dengan motif gaya toraja.
2.      Bagian jalur kembangan lurik (warna hitam) yang tidak dibatik ditutup dengan malam.
3.      Dicelup warna oranye, dengan resep perfilter larutan :
-          3 gram ZAT PEWARNA Naphtol  AS-OL
-          1 gram ZAT PEWARNA Naphtol AS
-          9 gram garam orangye GC
-          1 gram garam GC
4.      Meluruhkan malam.


C.         Pengertian Iptek

Ilmu pengetahuan
merupakan bagian dari pengetahuan. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segala sesuatu yang kita ketahui. Cara mendapatkan pengetahuan dapat melalui berbagai kesempatan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan secara spontan. Ilmu merupakan hasil pemikiran manusia yang diperoleh dari pengalamannya. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan logis. Jadi, ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode keilmuan, yakni diperoleh dengan menggunakan cara kerja yang rinci, sistematis, dan logis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang merupakan ilmu memiliki syarat dan ciri-ciri, antara lain memiliki objek, memiliki tujuan dan metode, bersifat empiris, rasional, dan objektif.

Teknologi
 (ilmu teknik) adalah ilmu terapan. Teknologi mendorong diciptakan atau dikembangkannya ilmu pengetahuan yang lebih maju. Jadi, Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) itu saling berkaitan. Teknologi juga diartikan perangkat dan metode-metode untuk membuat sesuatu. Harvey Brooks mengartikan teknologi sebagai pemakaian pengetahuan ilmiah untuk memproduksi barang-barang dengan jalan reproduksi.

D. Perkembangan IPTEK
Perkembangan Iptek didunia juga sejalan dengan laju peradaban manusia. Seiring dengan berkembangnya Zaman iptek yang pada awalnya adalah suatu kebudayaan manusia berkembang menjadi sesuatu alat untuk membantu aktivitas manusia. Manusia yang selalu ingin berkarya menyebabkan manusia berlomba-lomba dalam penciptaan Iptek.
    




  E.Pengaruh IPTEK terhadap kebudayaan
Terbukti walaupun kemajuan IPTEK begitu pesat saat ini akan tetapi dalam setiap kesempatan tetaplah budaya dikedepankan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan.
Pada prinsipnya setiap perkembangan dan kemajuan dalam segi apapun baik adanya, setiap manusia menginginkan perubahan pun demikian dalam konteks kehidupan bermasyarakat.
Dari sekian banyak bidang ada dan berpacu untuk kemajuan salah satunya adalah bidang teknologi, yang menghadirkan perubahan dan kemajuan untuk selanjutnya digunakan oleh manusia. Beragam teknologi yang diciptakan memungkinkan manusia untuk bebas memilih apa yang diinginkan.
Perkembangan teknologi seperti yang sudah tersaji diatas tentu membawa perubahan yang begitu baik dan pesat dalam kehidupan manusia. Perkembangan itu baik adanya jika sesuai dengan apa yang diharapkan,tetapi tidak menutup kemungkinan perkembangan itu bisa berdampak negative.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam pembentukan budaya mempunyai dampak positf dan negatif. Disini ada cara untuk mencegah dampak negative itu terjadi, kita bisa berkembang tanpa harus meninggalkan Budaya kita:
 Beberapa hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam upaya membentengi diri dari arus negatif teknologi. Beberapa hal tersebut antara lain :
1.      mengenal pentingya nilai – nilai budaya
2.      Memberikan pemahaman kepada, masyarakat dan elemen lainnya betapa vitalnya nilai – nilai budaya terhadap kehidupan
3.      Memberikan batasan terhadap hal yang bersifat negatif yang masuk dalam hidup dan kehidupan suatu masyarakat
4.      Menjadikan nilai – nilai budaya sebagai ujung tombak dari norma kehidupan
5.      Menjunjung tinggi nilai – nilai budaya
6.      Memandang teknologi dengan segala kemajuan dan perubahannya dalam arti yang positif
7.      Menggunakan fasilitas kemajuan teknologi untuk hal yang baik dan positif




  
F.  Percampuran Batik dengan IPTEK
Dengan mencampurkan Penerapan IPTEK diharapkan akan meningkatkan kualitas, efisien dan efektifitas dalam segala bidang, tidak terkecuali dalam sektor Batik.
Penerapan teknologi dalam budaya ternyata tidak mengurangi nilai dari budaya tersebut selama dalam batas-batas tertentu. Justru kolaborasi keduanya ternyata sangat kuat, tidak mudah dipisahkan dan memiliki nilai tambah .

Hasil percampuran Batik dengan IPTEK :

1.     Design Kaus Batik menggunakan software CorelDraw

Seperti yang kita tau di atas tentang sejarah tentang batik , cara membuat design batik  membutukan keterampilan khusus ,seorang pembatik harus mempunyai imajinasi yang tinggi untuk membuat design ,pembatik mula-mula menggambarnya pada sebuah kertas lalu menerapkannya ke sebuah kain .Tetapi dengan kemajuan IPTEK kini semua orang dapat membuat design batik dengan mudah , dengan teknologi digital serta pengolah tekstil secara modern seperti saat ini, design Batik dapat dibuat secara lebih efesien.

Didalam CorelDRAW terdapat beberapa warna yang cukup variatif dan akan mendekati design aslinya ketika nanti kain diwarnai. Selain itu pada program CorelDRAW dilengkapi dengan beberapa tool yang dapat membantu penggambaran design motif secara lebih cepat, misalnya dengan menggunakan warna tekstur dan juga beberapa efek pewarnaan.

 

2.     Batik printing

Batik print merupakan salah satu jenis batik yang baru muncul, tetapi kini menjadi produksi batik dengan jumlah paling banyak jika dibanding batik cap apalagi batik tulis. pada proses batik ini, pola telah diprint di atas alat sablon, sehingga pembatikan dan pewarnaan bias dilakukan secara langsung. Pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai keinginan, kemudian diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jadi, proses batik dapat diselesaikan tanpa menggunakan lilin malam serta canting. Dengan demikian, proses hanya akan dan tentu saja memerlukan waktu yang lebih cepat dibanding pada proses batik tulis dan batik cap.

Belakangan muncul perkembangan baru pada batik print, dengan adanya metode print malam.Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. pada print malam, materi yang di printkan pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik print konvensional. setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan batik pada umumnya.
Batik print merupakan salah satu jenis batik yang fenomenal, kemunculannya dipertanyakan oleh beberapa seniman dan pengrajin, Karena proses pembuatan batik ini instan sehingga mereka lebih suka menyebut Batik Print dengan kain bermotif batik. Dampak postif dari batik print ini untuk perindustrian adalah hematnya biaya,dan waktu selain itu juga sebagai salah satu pendukung eksistensinya batik Indonesia sehingga Batik tidak hilang termakan oleh zaman.

Batik print ini tidak 100% mirip dengan Batik Tulis atau cap , dan secara kasat mata kita dapat membedakan batik print dan batik tulis/cap dengan melihat permukaan di balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak meresap ke seluruh serat kain, dan hanya menempel pada permukaan kain, sehingga di balik kain masih terlihat sedikit berwarna putih

 

3.     Kompor Listik untuk Membatik

Dalam aplikasinya pembuatan batik saat mulai menempelkan malam/lilin batik dengan menggunakan cantik, pembatik perlu memiliki keahlian khusus dalam mengatur suhu dari malam/lilin yang dipanaskan dalam wajan di atas kompor sumbu sehingga seringkali pembatik sedikit banyak akan menaikkan dan menurunkan tinggi sumbu pada kompor untuk menghasilkan panas yang cukup dalam menghasilkan pola batik yang bagus. Terutama bagi pemula, langkah ini dirasa cukup sulit, disamping belum ahli dalam mencanting ditambah dengan kesulitan mengatur panas suhu yang pas untuk malam/lilinnya.

Balai Besar Kerajinan dan Batik yang bernaung di bawah Kementerian Perindustrian RI sebagai lembaga yang khusus menangani batik mencoba melakukan inovasi baru untuk memberikan sentuhan teknologi dalam mengatasi permasalahan di atas. Dengan memanfaatkan ruang permesinan mulailah dicari solusi yang tepat untuk mengkondisikan panas yang cukup untuk memanaskan malam/lilin pada suhu yang diperlukan untuk menghasilkan cairan malam/lilin yang tidak terlalu mentah ataupun masak alias sedang sedang saja. Akhirnya didapatnya kompor listrik dengan desain kompor dan wajan dalam 1 unit sehingga memudahkan pembatik dalam melakukan proses mencanting tanpa harus repot-repot menaik-turunkan sumbu yang biasanya dilakukan pada kompor sumbu.

Dengan inovasi tersebut diharapkan pembatikan di Indonesia semakin mudah diterapkan dan dapat meningkatkan produktivitas serta dapat lebih mengefisienkan biaya produksi dengan semakin mahalnya minyak tanah sebagai bahan pada kompor sumbu. Kompor tersebut memiliki voltase 220 volt dan aplikasinya sama dengan alat setrika yang bekerja secara otomotis dalam mengatur suhu/panas yang ada.

4.     Canting Elektrik
Istilah canting tentu tidak asing bagi masyarakat. Apalagi canting banyak dipergunakan untuk membuat batik. Alat yang sering dibuat dengan bahan tembaga ataupun bambu ini digunakan untuk mengambil cairan lilin panas untuk membuat pola batik. Canting yang banyak dikenal masyarakat berbahan tembaga atau bambu sebagai alat pegangannya ini sekarang muncul inovasi baru, dengan menggunakan listrik.
Sering disebut canting elektrik,Canting ini berbentuk tabung besi terbuka di bagian atas dengan diameter 5 cm. Ujung dari canting ini sengaja dibentuk menyerupai pensil untuk keluarnya cairan lilin panas. Lalu dibuat pegangan dari bambu untuk pengrajin bisa memegangnya. Bila menggunakan canting yang dibuat dengan tembaga maupun bambu, sebelumnya harus menyediakan tempat besar untuk membuat lilin menjadi cair. Setelah itu, baru cairan lilin diambil sedikit demi sedikit dengan menggunakan canting. Cara kerjanya juga rumit, masih harus meniup sebentar pada ujung canting agar lilin yang menempel pada kain tidak terlalu panas yang bisa membuat goresan batik menjadi "mblobor".
 Berbeda dengan, canting elektrik tidak memerlukan wadah khusus untuk memanasi lilin. Lilin dipanasi dengan menggunakan canting itu sendiri, karena itu bentuknya tabung dan terbuat dari bahan yang mudah untuk menghantarkan panas. Canting elektrik sengaja dibuat dengan teknologi agar lilin bisa mencair di dalam tabung canting. Cara kerja alat ini lebih mudah. Pembuat batik tidak memerlukan wadah besar untuk memanasi lilin dahulu. Cara kerjanya juga mudah, hanya tinggal memasukkan lilin keras ke dalam tabung dan menunggu sebentar agar lilin itu cair. Canting elektrik ini bentuknya seperti tabung dan terbuat dari bahan yang mudah menghantarkan panas bila dialiri listrik. Ini dilakukan agar lilin yang masuk ke dalam tabung bisa cepat meleleh, kemudian siap untuk menggores batik membuat suatu pola. Untuk membuat batik, selain canting yang utama, tentu ketelatenan dan kesabaran perancangnya tetap hal yang diutamakan dalam membuat batik.

 

Bab III
Penutup

A.    Kesimpulan
Pertama, IPTEK akan selalu mengalami perkembangan ,dan perkembangan tersebut akan memberi dampak,seperti yang kita ketahui dampak  itu bisa bersifat positif atau pun negatif  kembali lagi terhadap diri kita masing-masing dalam menggunakannya ,jika digunakan dengan cara yang tepat IPTEK akan sangat bermanfaat dan memberi dampak positif dalam kehidupan kita,begitu juga sebaliknya jika kita salah dalam menggunakannya akan memberi dampak negatif untuk diri kita.

Kedua, Pengolahan Batik kini sudah tidak kuno,tidak ketinggalan zaman kita mampu mengikuti arus perkembangan teknologi tanpa harus meninggalkan budaya aslinya, dengan IPTEK dapat mempermudah proses dalam pembuatan batik.

 










DAFTAR PUSTAKA


Hindayani, Fisika, 2009. Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta Selatan : Buana Cipta Pustaka
Tim Beranda agency.(2009), Desain Kaos Batik dengan CorelDRAW .PT Elex Media Komputindo,Jakarta 2009
Bakker, J.W.M., SJ. Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Mangunwijaya,yusuf Bilyarta, (1983). Teknologi dan dampak kebudayaan. Indonesia : Yayasan Obor Indonesia
Atmowiloto, Arswendo. Canting. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007
        Murtono Sri,dkk. Seni Budaya dan Keterampilan . Indonesia: Yudhistira Ghalia ,2007
  BPK Gunung Mulia,Ilmu Teknologi dan Etika
ISBN
9794159107, 9789794159101