FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA 2014
Nama : Dwi Putra
NPM: 13514312
Kelas : 2PA06
KESEHATAN
MENTAL 9
* Hubungan Interpersonal
A.
Model – Model Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal
(antarpribadi) adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang
memiliki ketergantungan satu sama lain dan menggunakan pola interaksi yang
konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersonal, akan terdapat suatu
proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
Hubungan interpersonal memiliki
empat model yaitu :
1.
Model Pertukaran Sosial (social
exchange model)
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Seseorang yang berhubungan dengan
orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif), biaya (akibat negatif),
hasil atau laba (ganjaran dikurangi biaya), dan tingkat perbandingan.
2.
Model Peranan
Model yang menganggap hubungan
interpersonal sebagai panggung sandiwara. Setiap orang harus memerankan
perannya sesuai naskah yang sudah dibuat oleh masyarakat. Hubungan
interpersonal berjalan dengan baik apabila setiap individu bertindak sesuai dengan
peranannya.
3.
Model inraksional
Hubungan interpersonal sebagai suatu
sistem, setiap sistem memiliki sifat – sifat struktural , integratif, dan
medan. Semua sistem derdiri dari subsistem yang saling bergantung dan bertindak
bersama. Semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan
mempertahankan kesatuan. Jika ekuilibrium dari sistem terganggu segara
mengambil tindakan. Setiap hubungan interpesonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
4.
Model Permainan ( Games People Play
Model)
Menggunakan pendekatan analisis
transaksional. Hubungan individu terlibat dengan berbagai macam permainan.
Kepribadian dasar dalam permainan tersebut dibagi tiga bagian yaitu :
· - Kepribadian
Orang Tua
Kepribadian yang merupakan asumsi
dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagai orang tua.
· - Kepribadian
orang dewasa
bagian kepribadian yang mengolah
informasi secara rasional
· -- Kepribadian
anak
kepribadian yang diambil dari
perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas dan kesenangan.
B.
Memulai Hubungan
1)
Pembentukan Kesan
Menurut sears dkk (1992) individu
cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan informasi
yang terbatas. Evaluasi : Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama
yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif
merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang
mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain. Kesan Menyeluruh. Untuk
menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat
dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992)
membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model
menambahkan. Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik yang
konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki
sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari
kedalamannya. Prasangka positif menurut sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah
kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi
negatif.
2)
Ketertarikan Interpersonal
a)
Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara
member ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu
tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitian
memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai
kita secara positif (Sears, 1992).
b)
Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa
suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian
dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa
kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari
seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain
(Sears dkk., 1992).
c)
Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang
diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka
kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore &
Byrne dalam Sears dkk., 1992)
C.
Hubungan Peran
1.
Model Peran
Terdapat empat asumsi yang mendasari
pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social,
yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi
tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran
mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan
isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa
sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai
situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran,
para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari
respons orang lain.
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama
dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan).
Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks
pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran
memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama,
pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama.
Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada
bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf
sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak
selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat
terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik
dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang
pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini
berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam
pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut
aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang
lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi
2.
Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan
yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain
(masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan
(disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive
conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan
kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan
serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi
akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan
penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
3.
Adequacy Peran dan
AutentisitasKecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran
didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa
yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.
D.
Intimasi dan Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap
teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk
mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung
pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan
kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan
individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai
pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa
seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing
individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain
dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan
dan kehadiran pasangan hidup sisinya.
E.
Intimasi dan Pertumbuhan
untuk bertumbuh dalam keintiman,
yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta
. Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang
lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses
membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi
lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara
utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah
menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal
dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa
hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya
pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4)
kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai
pacaran bukan dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah keutamaan cinta
dibutuhkan.
REFERENSI
http://www.academia.edu/5418626/HUBUNGAN_INTERPERSONAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar